Berikut adalah prosesi pernikahan adat Betawi sebelum menjelang akad hingga resepsi:
Siraman dalam adat Betawi biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Makna dari prosesi ini adalah membersihkan diri agar tubuh calon mempelai wanita atau none mantu harum. Air siraman berisi kembang setaman yang dicampur dengan daun jeruk purut, pandan, akar wangi, daun mangkokan, dan sereh.
Setelah acara siraman, calon pengantin wanita menjalani upacara tanggas atau kum (semacam mandi uap). Tujuannya adalah untuk membersihkan bekas-bekas perawatan lulur yang masih tertinggal di pori-pori dan menghaluskan kulit.
Ngerik dan potong centung merupakan proses membersihkan bulu-bulu yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk, dan leher calon pengantin wanita. Prosesi ini biasanya berlangsung di dalam kamar none mantu.
Perlengkapan yang harus disediakan adalah kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya. Alu dibuat seperti centung pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan.
Malam pacar adalah rangkaian prosesi pernikahan adat Betawi yang dilaksanakan cukup meriah, karena dihadiri kerabat dan teman-teman calon mempelai perempuan. Ritual pemakaian pacar dilakukan oleh tukang piare dan keluarga serta teman dekat calon pengantin wanita.
Ritual pemberian pacar dipandu oleh tukang piare, dimulai oleh ibu calon mempelai wanita, dilanjutkan oleh para sesepuh serta kerabat dan sahabat dekat. Biasanya calon mempelai wanita didandani dengan busana dan tata rias ala None, yakni riasan tipis dan berbusana kebaya encim.
Merupakan prosesi pernikahan adat Betawi yang dilaksanakan saat akad. Kegiatannya berupa iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju ke kediaman calon pengantin wanita. Keberangkatan rombongan ini disebut rudat, artinya mengiringi calon tuan mantu menuju rumah calon none mantu untuk melaksakan pernikahan.
Prosesi ini berlangsung ramai dan meriah karena rombongan calon pengantin pria membunyikan petasan pertanda akan segera tiba. Setelah itu, pihak calon pengantin perempuan akan menyambutnya dan membalas dengan membunyikan petasan juga.
Pada tradisi pernikahan adat Betawi, sebelum memasuki rumah calon pengantin perempuan ada prosesi Palang Pintu yang harus dilakukan. Ada jawara dari tuan raje mude (pengantin laki-laki) dan jawara dari none mantu (pengantin perempuan). Mereka akan berbalas pantun yang berisi nasehat dalam berumah tangga. Setelah itu ada uji ketangkasan.
Jawara pengantin pria harus bisa mengalahkan jawara pengantin perempuan. Setelah selesai maka akan ada pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad. Ritual Palang Pintu dalam prosesi pernikahan adat Betawi bertujuan untuk menguji seberapa tangkas pengantin laki-laki bisa melindungi dan menjadi pemimpin agama bagi rumah tangganya.
Tak banyak berbeda dengan prosesi pernikahan adat lainnya, akad Nikah adat Betawi juga berlangsung sakral. Calon pengantin perempuan memohon izin kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan. Setelah itu prosesi ijab kabul berlangsung antara calon pengantin pria, dan ayah mempelai wanita, yang dihadiri saksi serta penghulu.
Setelah pernikahan dinyatakan sah, pengantin pria akan memberikan sirih dare yang diselipkan uang sembe kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Pengantin laki-laki membuka roban tipis pengantin perempuan, dilanjutkan dengan sembah dan cium tangan mempelai wanita kepada mempelai pria. Kedua pengantin kemudia duduk di puade.
Pengantin laki-laki menginap di rumah mempelai wanita, tapi tak diperbolehkan melakukan hubungan suami istri. Istri akan mempersiapkan makan, minum dan menyiapkan peralatan mandi seperti biasa. Suami kemudian memberi uang tegor yang diselipkan di bawah taplak meja untuk membalas kebaikan istri yang sudah melayaninya.
Ini adalah akhir dari prosesi pernikahan adat Betawi. Keluarga pihak pria akan menjemput pengantin dengan membawa makanan dan buah-buahan sebagai rasa syukur pernikahan. Setelah itu pasangan suami istri ini bisa tinggal di rumah yang sudah disepakati.
Demikianlah urutan prosesi pernikahan adat Betawi yang penuh filosofi dan makna. Rangkaian prosesinya masih dilestarikan oleh masyarakat dengan penuh keramaian dan kemeriahan.
Resepsi pernikahan adat Betawi
Resepsi pernikahan seperti acara syukuran pernikahan yang sering Parents lihat. Ada banyak undangan yang hadir dari kedua belah pihak untuk menyaksikan kebahagiaan kedua pengantin.
Bedanya saat masuk ke dalam pelaminan, pengantin wanita didampingi kedua orang tua yang diiringi oleh dua gadis kecil di depannya. Lagu yang dilantunkan selama iringan pengantin adalah lagu Sirih Kuning.
Setelah tiga hari di rumah mempelai perempuan, maka keluarga pihak laki-laki akan menjemput keduanya dengan membawa makanan dan buah-buahan sebagai rasa syukur pernikahan. Setelah itu pasangan suami istri ini bisa tinggal di rumah yang sudah disepakati.
Wah, panjang urutannya ya Parents! Yang pasti semua prosesi yang dijalankan penuh doa dan banyak makna filosofinya, dengan tujuan agar pernikahan kedua mempelai langgeng hingga akhir hayat. Kalau Parents dulu pakai prosesi adat pernikahan apa?
8 Prosesi Pernikahan Adat Lampung, Sakral dan Kaya Arti
Seperti Ini Tahapan Pernikahan Adat Palembang, Ada yang Sudah Tidak Dilakukan Lagi
12 Prosesi Pernikahan Adat Batak, Terkenal Mahal dan Kaya Makna
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
Pernikahan adat Betawi menjadi salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini. Apa saja rangkaian pernikahan adat Betawi? Yuk! Mengenal prosesi pernikahan adat Betawi
Setiap daerah di Indonesia memiliki adat pernikahan yang berbeda-beda. Salah satunya pernikahan adat Betawi yang unik dan penuh warna.
Prosesi pernikahan adat Betawi bersifat sakral dan filosofinya yang penuh makna. Tak hanya itu, lantunan musik dan prosesi lainnya membuat pernikahan adat Betawi menjadi hiburan tersendiri bagi tamu undangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernikahan adat Betawi yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya memang cukup populer di Tanah Air. Beberapa selebriti yang menikah dengan adat Betawi di antaranya adalah Intan Nuraini, Chua Kotak, Angga Putra, dan Bintang Emon.
Kamu ingin menikah adat Betawi dan masih bingung prosesinya, atau ingin tahu lebih dalam tentang pernikahan adat Betawi? Yuk! Mengenal lebih dalam tentang pernikahan adat Betawi.
Prosesi Pernikahan Adat Betawi
Pernikahan adat Betawi sangat dipengaruhi oleh budaya bangsa Arab dan Tionghoa yang bisa dibilang unik atau beda dari yang lain.
Penasaran bagaimana prosesi pernikahan adat Betawi? Ini dia ulasannya, Moms!
Foto: Melamar Adat Betawi.jpg
Melamar atau 'ngelamar' adalah tahapan pertama dalam proses pernikahan adat Betawi.
Pada tahapan ini, pihak keluarga calon pengantin pria untuk meminta izin secara resmi kepada pihak calon mempelai wanita.
Ngelamar dilakukan oleh beberapa atau keluarga pihal pria yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan seserahan, antara lain:
Setelah proses selesai, prosesi pernikahan adat Betawi dilanjutkan dengan membicarakan seputar emas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), dan kekudang (makanan kesukaan calon pengantin wanita).
Pembahasa ini dilakukan oleh utusan pihak keluarga wanita dengan utusan pihak keluarga pria.
Baca Juga: Kangen Makanan Tradisional Ketan Yang Gurih? Intip 6 Resep Wajik Ketan di Sini yuk!
Prosesi pernikahan adat Betawi berikutnya adalah tande putus.
Ini merupakan salah satu acara yang tak boleh dilewati dalam proses pernikahan adat Betawi.
Acara ini hampir sama dengan proses melamar. Pihak utusan dari laki-laki yang datang menemui keluarga calon mempelai perempuan adalah orang-orang dari keluarga pria yang telah dipercaya.
Sebagai simbolis, orang Betawi umumnya memberi tande putus atau sejenis pengikat jalinan kedua calon mempelai, umumnya berupa cincin iris rotan, uang pesalin (uang seserahan), dan bermacam jenis kue.
Apabila tande putus telah disepakati, dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal, biaya pesta pernikahan, lamanya acara, atau tempat pernikahan diselenggarakan.
Foto: Mahar Pernikahan.jpg
Mahar atau mas kawin menjadi pembicaraan pokok dalam prosesi pernikahan adat Betawi ini.
Pada zaman dulu, proses ini menentukan nominal yang diinginkan untuk mas kawin.
Apabila pihak calon menantu wanita mengatakan “None kite minta mate bandeng seperangkat,” itu adalah kata kiasan yang berarti mereka menghendaki mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian.
Bila mereka menyatakan, “None kite minta mate kembung seperangkat”, artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
Berdasarkan pembahasan tentang mas kawin ini, pihak pengantin pria biasanya akan memperkirakan berapa jumlah belanja resepsi pernikahan dengan memperhatikan besarnya nilai mahar pernikahan.
Prosesi pernikahan adat Betawi berikutnya adalah masa dipiare.
Ini adalah proses di mana calon pengantin wanita (none mantu) dijaga oleh tukang piare atau dukun pengantin selama satu bulan.
Jika Moms pernah mendengar masa 'pingitan' ini juga maknanya hampir sama.
Hal ini ditujukan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan fisik mental, dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi hari pernikahan.
Selain perawatan fisik, biasanya calon pengantin wanita akan melaksanakan program diet dengan pantang makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh idealnya.
Ia akan disarankan untuk minum jamu godok dan jamu air akar secang.
Saat ini sudah ini sulit sekali untuk memelihara calon none mantu selama satu bulan, sehingga kegiatan ini hanya dilakukan dalam 1-2 hari menjelang pernikahan.
Baca Juga: 8 Penyebab Utama Masalah Komunikasi dalam Pernikahan
Foto: Siraman Betawi.jpg
Acara siraman menjadi masuk ke dalam rangkaian pernikahan adat Betawi.
Hampir sama dengan proses siraman pernikahan adat pada umumnya. Calon mempelai wanita akan dimandikan sehari sebelum akad nikah.
Proses dari acara siraman ini yaitu calon pengantin akan mengenakan baju kebaya tipis, sarung, dan penutup rambut dan memakai kerudung tipis.
Calon mempelai wanita akan meminta restu kepada kedua orang tua dan berjalan ke tempat siraman diiringi perang badar.
Setelah itu, mempelai akan dimandikan dengan air kembang oleh dukun pengantin.
Setelah acara siraman, calon mempelai wanita akan melakukan upacara Tanggas yaitu mandi uap untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh.
Nah setelah itu, prosesi pernikahan adat Betawi berikutnya adalah Potong Centung.
Ini adalah kegiatan membersihkan rambut yang tumbuh di sekitar tengkuk, leher, dan pelipis calon wanita.
Kemudian dukun pengantin akan membuat centung pada rambut di kedua sisi pipi dengan uang logam agar si wanita mendapat keselamatan dan keberkahan.
Prosesi ini berlangsung di dalam kamar calon mempelai wanita dengan baju khas yang dikenakannya.
Adapun perlengkapan yang perlu disediakan yakni kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cangkir dengan sekuntum bunga mawar, hingga peralatan merias.
Foto: Ngerudat Betawi.jpg
Lanjut pernikahan adat Betawi berikutnya, yakni Ngerudat.
Ini merupakan prosesi iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju kediaman calon pengantin wanita.
Keberangkatan rombongan ini disebut rudat yang artinya mengiringi calon tuan mantu menuju rumah calon none mantu untuk melaksakan pernikahan.
Ini berlangsung menjelang upacara akad nikah. Baju yang dikenakan yakni pakaian khas Betawi.
Biasanya, keluarga calon pengantin pria akan membawa seserahan berupa sirih nanas, mahar, miniatur masjid, sepasang roti buaya, kue penganten, pesalin, shie, serta makanan khas Betawi lainnya.
Ini ditempatkan dalam wadah berbentuk perahu sebagai simbol bahwa pasangan bisa mengarungi permasalahan kehidupan.
Baca Juga: 9 Upacara Kelahiran Bayi, Hanya Ada di Indonesia
Palang Pintu adalah proses pernikahan adat Betawi berikutnya.
Ini adalah tradisi berbalas pantun dan adu silat sebelum mempelai pria diterima masuk ke dalam rumah calon mempelai wanita.
Sebelum ini berlangsung, keluarga mempelai pria akan memberitahu maksud kedatangan mereka yang berlanjut dengan balas pantun dan doa.
Kemudian pihak keluarga wanita akan menguji kesaktian pihak pria. Setelah itu, dilanjutkan dengan ijab qabul atau akad nikah.
Foto: Pernikahan Adat Betawi.jpg
Nah, menuju puncak acara pernikahan adat Betawi, yakni akad nikah.
Pada umumnya, biasanya dilaksanakan hari Jumat setelah Salat Jumat di kediaman calon pengantin wanita.
Saat pelaksanaan akad nikah, calon pengantin wanita akan meminta restu kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan. Ayah calon pengantin wanita akan menikahkan anaknya atau meminta penghulu untuk mewakilkan.
Selama pelaksanaan akad nikah, calon mempelai wanita menunggu di dalam kamar.
Akad nikah telah berhasil dilaksanakan, prosesi pernikahan adat Betawi dilanjutkan dengan Dipuade.
Ini merupakan dimana kedua mempelai duduk dan tukang rias membuka cadar atau penutup wajah mempelai wanita.
Selanjutnya, mempelai pria memberi sirih dare kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih.
Biasanya di dalam rangkaian sirih diselipkan uang sebagai uang sembeh kemudian dilanjutkan dengan prosesi sembah dan mencium mempelai wanita kepada mempelai pria.
Setelah itu, kedua mempelai meminta restu kedua pihak orangtua dan dilanjutkan dengan suapan nasi kuning sebagai tanda orang tua telah melepas putrinya.
Baca Juga: 7+ Ide Dekorasi Akad Nikah, Dari Minimalis Hingga yang Mewah
Nah, itu dia Moms rangkaian dan proses pernikahan adat Betawi. Cukup sakral dan menarik sekali ya setiap tahapan prosesinya.
Jakarta (ANTARA) - Pernikahan adat Betawi memiliki keunikan tersendiri sebagaimana adat-adat pernikahan berbagai suku bangsa di Indonesia yang kaya kearifan lokal.Setiap proses pernikahan memiliki sifat sakral, unik, dan penuh warna. Pernikahan adat Betawi yang sudah ada turun temurun, perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Arab dan Tionghoa.Bagi Anda yang ingin mengadakan pernikahan menggunakan adat Betawi, tentu harus mengetahui rangkaian proses dan maknanya. Berikut susunan acara singkat dalam pernikahan adat Betawi:Baca juga: Prosesi pernikahan adat Minang, ini urutan dan tata caranya
Melamar atau "ngelamar" merupakan awal perjalanan dari pernikahan adat Betawi. Sebagaimana ada di beberapa tradisi daerah lainnya, "ngelamar" dalam adat Betawi adalah saat calon mempelai pria bersama keluarganya mendatangi calon mempelai wanita dan mengungkapkan pernyataan cinta serta keinginan meminang.
Terdapat berang – barang seserahan yang wajib dibawa seperti, sirih embun yang dilipat bulat dan berisikan rempah – rempah, tembakau dan bunga tujuh rupa.Tidak hanya itu saja, keluarga pihak laki – laki juga harus membawa dua sisir pisang raja yang di tutup dengan kertas warna warni pada bagian ujungnya, roti tawar yang ditaruh pada nampan berisikan kertas warna warni dan bingkisan sembah lamaran berupa make up, tas dan lainnya.
Serangkaian tande putus ini seperti pertunangan. Dengan mengikat mempelai wanita dengan mempelai pria, secara langsung memberitahukan kepada masyarakat bahwa keduanya sudah memiliki keterikatan dan tidak boleh diganggu dengan yang lain.
Proses tande putus biasanya memberikan simbolis berupa cincin iris rotan, kue, dan duit pesalin (uang seserahan).Baca juga: Cara hitung biaya katering resepsi pernikahan
3. Masa DipiareTahapan ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan kecantikan calon mempelai wanita, yang biasanya dilakukan selama satu bulan. Namun, untuk zaman sekarang masa dipiare dilakukan hanya 2-3 hari sebelum pernikahan.
Prosesi ini biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Siraman ini biasanya juga diisi dengan pengajian untuk meminta restu dan mendoakan agar pernikahan lancar.
Adat siraman ini bermakna mengenai pentingnya calon mempelai wanita membersihkan diri. Oleh karenanya, dalam prosesi ini calon mempelai wanita dimandikan dengan air kembang, berisi kembang setaman dicampur daun jeruk purut, akar wangi, sereh, daun mangkok dan pandan.
5. Ngerik dan potong centung
Serangkaian ini bertujuan untuk membersihkan bulu halus yang ada di sekitar tengkuk, leher dan kening. Setelah itu, tukang piare membuatkan centung menggunakan uang logam dan menjepitkannya pada bagian rambut sisi pipi calon mempelai wanita untuk mendapatkan keberkahan dan keselamatan.Baca juga: Berapa biaya untuk menggelar pernikahan di gedung?
Proses serangkaian selanjutnya berupa ritual khusus yang dilakukan oleh tukang piare. Proses ini wajib dihadiri oleh keluarga dan teman dekat calon mempelai wanita. Perlengkapan yang dibutuhkan berupa daun pacar, bakul isi beras, bumbu dapur, dan sirih.
Ngerudat merupakan proses sebelum pernikahan ketika mempelai pria membawa rombongan keluarga serta iring – iringannya menuju tempat melaksanakan pernikahan. Biasanya mereka disambut dengan petasan untuk menandai bahwa mempelai pria sudah datang.
Serangkain ini berupa tradisi berbalas pantun dan adu silat sebelum mempelai pria diperbolehkan masuk. Untuk memberitahukan maksud dan tujuan kedatangannya melalui balas pantun serta silat dan dilanjutkan dengan doa. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses ijab qabul.
Dengan membawakan seserahan berupa sayur besan, roti buaya, dodol, kue, nasi kuning, dan bekakak ayam.
Setelah acara akad nikah, pengantin pria dipersilakan untuk membuka cadar pengantin wanita dan duduk bersanding di puade. Setelah itu, dilanjutkan dengan bersimpuh kepada kedua pihak keluarga untuk meminta doa dan terakhir ditutup dengan tarian kembang.Baca juga: Palang pintu, cara pria Betawi buktikan kesungguhan pinang pujaan hatiBaca juga: Adat Betawi jadi tema Gebyar Pernikahan Indonesia 2019
Pewarta: Sean Anggiatheda SitorusEditor: Suryanto Copyright © ANTARA 2024
Hallo guys! Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas wilayah yang sangat luas. Dengan luasnya luas wilayah negara kita, lahir berbagai adat dan budaya yang menarik untuk kita ketahui. Disetiap kebudayaan dimasing-masing wilayahnya, terdapat adat istiadat pernikahan yang sangat unik dan cukup berbeda. Prosesi pernikahan adat adalah salah satu hal yang cukup sakral, setiap kegiatan memiliki tahapan yang berbeda dan tentu ada ritual yang harus dijalani yang sarat dengan makna. Hal ini juga yang terjadi pada pernikahan dengan adat Betawi. Lalu, bagaimana prosesi pernikahan adat Betawi?
Untuk kamu yang akan melangsungkan pernikahan menggunakan adat Betawi, ada beberapa hal yang tentunya harus dilakukan. Seperti apa prosesi pernikahan adat Betawi? Dan apa aja sih makna-maknanya? Simak terus informasinya hingga selesai ya!
Hal pertama yang harus kamu lakukan untuk melangsungkan pernikahan menggunakan adat Betawi adalah ngedelengin. Ngedelengin adalah proses mencari pasangan yang bisa dilakukan siapa saja, termasuk laki-laki itu sendiri. Setelah dirasa menemukan pasangan yang cocok, proses meminta ke pihak perempuan untuk dilakukan oleh seseorang yang di sini disebut Mak Comblang.
Mak Comblang akan menjadi juru bicara dan biasanya dilakukan oleh encang (paman) dan encing (bibi) dari masing-masing keluarga. Dari sinilah Mak Combang akan membicarakan banyak hal terkait proses pernikahan dengan adat Betawi.
Jika pihak perempuan sudah cocok, maka Mak Comblang akan memberi uang sembe atau angpao. Kemudian pihak perempuan akan menggantungkan ikan bandeng di depan rumah yang menandakan bahwa anak gadis di rumah tersebut sudah ada yang menyukai.
Seperti pada umumnya, pada proses ini pihak laki-laki akan meminta calon perempuan ke rumahnya yang diwakili oleh Mak Comblang beserta beberapa orang sebagai saksi untuk memperkuat keputusan. Mak Comblang akan membicarakan banyak hal mengenai susunan acara pernikahan nanti.
Pada tahapan ini ada beberapa benda yang wajib dibawa oleh pihak laki-laki seperti sirih embun (berupa daun sirih yang dilipat bulat lalu diikat potongannya menggunakan kertas minyak, pisang raja (diletakkan di atas nampan dengan hiasan warna-warni), roti tawar (diletakkan di atas nampan warna-warni), uang sembah lamaran (berupa hadiah seperti baju, celana, sepatu, makeup, dan lain-lain).
Tande putus artinya baik laki-laki atau perempuan sudah terikat dan tidak boleh diganggu orang lain. Tahapan ini hampir sama dengan proses pertunangan dan dilakukan seminggu setelah proses ngelamar. Mak Comblang sebagai utusan dari keluarga laki-laki akan membawa tande putus untuk mengikat kedua calon mempelai.
Sebagai simbolis, orang Betawi umumnya akan memberikan tande putus kepada calon kedua mempelai berupa cincin iris rotan, duit pesalin (uang seserahan), dan bermacam-macam kue.
Masa dipiare yaitu masa calon pengantin perempuan dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan. Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan saat menghadapi hari pernikahan. Selain perawatan fisik juga dilengkapi dengan program diet dengan pantangan untuk memakan makanan tertentu.
Saat ini sulit untuk melakukan masa dipiare ini selama satu bulan penuh, karena calon mempelai perempuan selama masa ini tidak boleh keluar rumah. Maka untuk menyiasatinya, masa dipiare dilakukan selama 2-3 hari sebelum hari pernikahan.
Acara siraman ini dilakukan dengan memandikan calon none mantu (mempelai perempuan) yang dilakukan sehari sebelum hari pernikahan. Tujuan dari acara siraman ini agar tubuhnya wangi dan mengurangi keringat di hari pernikahannya. Sebelum acara siraman juga biasanya dilangsungkan acara pengajian untuk mendoakan kelancaran acara pernikahan.
Perlengkapan yang dibutuhkan untuk acara siraman berupa jeruk purut, pandan wangi, akar wangi, daun mangkokan, sereh, dan lain-lain. Pada prosesi ini biasanya diiringi dengan bacaan sholawat dan dzikir.
Setelah acara siraman, calon mempelai perempuan akan menjalani upacara tangas atau kum (mandi uap) untuk membersihkan bekas-bekas lulur yang masih tertinggal di pori-pori kulit. Perawatan ini juga ditujukan untuk menghaluskan kulit tubuh dan mengurangi keringat pada hari pernikahan.
Ngerudat (Mengiringi/Ngarak Calon Pengantin Pria)
Hari pernikahan pun tiba. Prosesi ritual pernikahan adat Betawi akan diawali dengan melakukan rudat yaitu iring-iringan rombongan calon mempelai pria menuju ke kediaman calon pengantin wanita untuk melaksanakan pernikahan. Biasanya nanti ada petasan sebagai pertanda rombongan laki-laki akan segera tiba dan pihak perempuan akan menyembunyikan petasan juga yang berarti sudah siap menyambutnya.
Urutan Prosesi Pernikahan Adat Betawi
Ngerik dan Potong Centung
Setelah mandi uap, akan dilakaukan ngetik dan potong centung. Ini proses membersihkan bulu-bulu kalong calon pengantin perempuan yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk dan leher.
alu dibuat seperti centung pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya agar pengantin selalu mendapat keberkahan dan keselamatan. Biasanya berlangsung di dalam kamar calon pengantin perempuan.
Beberapa perlengkapan yang harus disediakan adalah kain putih ukuran dua meter untuk alas, kembang setaman, air putih dalam cawan dengan sekuntum bunga mawar atau lainnya untuk tempat gunting, pedupaan dan setanggi/gaharu, alat cukur, dua keping uang logam untuk batas centung (satu kali lipatan) dan untuk batasan mencukur anak rambut, serta tempat sirih lengkap dengan isinya.
Malam ini sangat meriah karena ada banyak kerabat dan keluarga yang hadir. Ritual ini merupakan prosesi pernikahan adat Betawi dengan memerahkan kuku kaki dan kuku tangan mempelai dengan pacar.
Ritual pemakaian pacar dipandu oleh tukang piare dan dimulai dari ibu calon mempelai wanita, lalu para sesepuh serta kerabat dan sahabat dekat. Calon mempelai wanita didandani dengan busana dan tata rias ala None, yakni riasan tipis dan berbusana kebaya encim.
Perlengkapan ritual malam pacar yang diperlukan adalah daun pacar secukupnya, bakul berisi beras, bumbu dapur, pisang raja, garam, kapur sirih, bumbu sirih; kue basah khas Betawi secukupnya, serta bantal diberi alas daun pisang yang diukir untuk alas tangan.
Ngerik dan Potong Centung
Proses membersihkan bulu-bulu kalong pada calon mempelai perempuan yang tumbuh di sekitar kening, pelipis, tengkuk, dan leher. Setelah itu, tukang piare akan membuatkan centung (potongan centung) pada rambut di kedua sisi pipi dengan menggunakan uang logam untuk menjepitnya. Hal ini bertujuan agar pengantin selalu mendapatkan keberkahan dan keselamatan.
Malam pacar adalah salah satu ritual yang dilakukan oleh tukang piare serta dihadiri juga oleh keluarga beserta teman dekat calon mempelai perempuan. Perlengkapan yang harus ada pada proses ini diantaranya daun pacar, bakul berisi beras, bumbu dapur, pisang raja, garam kapur sirih, bumbu sirih, kue beras khas Betawi, dan juga alas daun pisang yang diukir untuk alas tangan.
Pada hari pernikahan diawali dengan prosesi ritual ngerudat yakni iring-iringan rombongan calon mempelai laki-laki yang datang menuju rumah dari calon pengantin perempuan untuk melaksanakan pernikahan. Pada proses ini biasanya disambut dengan petasan sebagai tanda rombongan laki-laki akan segera tiba.
Palang pintu pernikahan adat Betawi
Sebelum masuk ke rumah calon pengantin perempuan, ada tradisi Palang Pintu yang harus dilalui oleh pihak calon pengantin laki-laki. Dimana palang pintu tersebut dijaga oleh jawara dari tuan raje mude (pengantin laki-laki) dengan jawara dari none mantu (pengantin perempuan).
Sebelum uji ketangkasan, mereka akan berbalas pantun yang berisi nasehat dalam berumah tangga. Jagoan pengantin pria harus bisa mengalahkan jagoan pengantin perempuan. Setelah selesai maka akan ada pembacaan sike shalawat kepada Nabi Muhammad.
Ritual ini bertujuan untuk menguji seberapa tangkas pengantin laki-laki bisa melindungi dan menjadi pemimpin agama bagi rumah tangganya.
Artikel Terkait : Palang Pintu, Tradisi Adat Pernikahan Suku Betawi yang Sarat Makna
Dilaksanakan pada hari Jumat setelah solat Jumat di kediaman calon pengantin wanita. Saat pelaksanaan akad nikah, calon pengantin perempuan mohon izin kepada ayahnya untuk berumah tangga dan minta dinikahkan dengan menunggu di dalam kamar.
Yang menikahkan biasanya ayah mempelai perempuan atau bisa mewakilkannya pada penghulu. Prosesi akad nikah sama dengan akad nikah kebanyakan.
Ini adalah proses di mana ketika pengantin duduk di puade dan dinyatakan sah sebagai suami istri. Pertama pengantin laki-laki akan akan memberikan sirih dare yang diselipkan uang sembe kepada mempelai perempuan sebagai lambang cinta kasih.
Lalu pengantin laki-laki membuka cadar atau roban tipis pengantin perempuan. Kemudian dilanjutkan dengan acara sembah dan cium tangan mempelai wanita kepada mempelai pria, lalu kedua mempelai menyembah kepada kedua pihak orang tua. Setelah itu orang tua akan memberi suapan nasi kuning sebagai suapan terakhir orang tua kepada putra putrinya.
Sehari setelah akad nikah, mempelai laki-laki menginap di mempelai perempuan tapi tidak diperbolehkan melakukan hubungan suami istri.
Istri akan mempersiapkan makan, minum dan menyiapkan peralatan mandi seperti biasa. Dan untuk membalas kebaikan istri yang sudah melayani, suami memberi uang tegor yang diselipkan di bawah taplak meja.
Palang Pintu dan Di Puade (Setelah Akad Nikah)
Setelah melakukan akad nikah, selanjutnya prosesi buka palang pintu yang merupakan perjuangan calon mempelai laki-laki menghadapi utusan mempelai perempuan. Dalam prosesi ini akan ada acara simbolik dengan atraksi silat dan pantun.
Terakhir ada prosesi di puade. Ritual ini dilaksanakan dimana kedua mempelai harus duduk di tukang rias membuka roban tipis yang menutupi mempelai wanita. Mempelai pria memberi sirih dare lalu kemudian dilanjutkan dengan prosesi sembah dan cium mempelai wanita kepada mempelai pria. Setelah itu, kedua mempelai bersimpuh pada kedua orang tua dan ditutup dengan suapan nasi kuning sebagai tanda orang tua telah melepas putrinya.
Masyarakat Betawi memiliki banyak keunikan budaya, salah satunya bisa terlihat dalam ritual pernikahan adat Betawi yang masih sangat dijaga dan dilestarikan sampai saat ini. Ternyata ada banyak makna filosofis di setiap urutan tata cara ritual dalam adat pernikahan khas Betawi.
Berikut urutan lengkap prosesi pernikahan adat Betawi yang sarat makna!
Ngedelengin mengawali proses pernikahan adat Betawi
Dalam tata cara pernikahan adat pernikahan Betawi dimulai dengan ngedelengin. Ini adalah proses masa mencari pasangan dan perkenalan, jika sudah bertemu dengan perempuan yang cocok maka akan meminta Mak Comblang untuk datang ke calon mempelai wanita.
Mak comblang akan menjadi juru bicara dan biasanya dilakukan oleh encang (paman) dan encing (bibi) dari masing-masing keluarga. Mak comblang akan membicarakan banyak hal selama proses pernikahan adat Betawi dengan calon keluarga besan, mulai dari ngelamar sampai akhir prosesi nikahan.
Bila pihak perempuan cocok, maka mak comblang memberi uang sembe atau angpau. Kemudian pihak perempuan akan menggantungkan ikan bandeng di depan rumah yang menandakan pada semua orang bahwa anak gadis di rumah tersebut sudah ada yang menyukai.
Ini adalah proses resmi meminta calon perempuan ke rumahnya diwakili oleh mak comblang beserta beberapa orang sebagai saksi untuk memperkuat keputusan. Mak comblang yang akan menjadi garda depan dalam membicarakan banyak hal pada prosesi pernikahan adat Betawi.
Mulai runutan tanggal acara, plangkah (kalau calon pengantin mendahului kakak kandungnya), kekudang (makanan kesukaan calon pengantin wanita), barang yang dibawa hingga resepsi harus bagaimana, termasuk tetek bengek barang seserahan.
Artikel Terkait : 8 Momen Lamaran Bintang Emon dan Kekasih, Penuh Haru
Bila pihak perempuan menyambut baik, biasanya akan disebutkan apa saja yang diminta kepada calon pengantin laki-laki. Saat acara ngelamar ini, ada beberapa barang yang harus dibawa dan tidak boleh ketinggalan.
Tande Putus artinya baik perempuan atau laki-laki sudah terikat dan tidak boleh diganggu orang lain lagi yang dilakukan satu minggu setelah acara ngelamar. Mak comblang sebagai utusan keluarga laki-laki akan membawa tande putus untuk mengikat kedua calon mempelai.
Sebagai simbolis, saat tande putus diberikan cincin belah rotan, uang pesalin (uang seserahan) dan aneka rupa kue. Bila pembicaraan tentang detail pernikahan belum dibicarakan saat ngelamar, mak comblang akan mendiskusikannya di acara ini. Jadi kepastian penentuan tanggal menikah, mas kawin atau cingkrem. kekudang dan hal-hal lain untuk pernikahan bisa diputuskan di sini.
Bila pihak perempuan mengatakan “None kite minta mate bandeng seperangkat” artinya mas kawin berupa seperangkat perhiasan emas berlian. Tapi bila mengatakan “None kite minta mate kembung seperangkat”, maka artinya mas kawin yang diminta adalah seperangkat emas perhiasan bermata intan asli.
Ini artinya adalah masa dimana pihak perempuan dipelihara oleh tukang piare selama satu bulan untuk menghadapi pernikahan. Jadi mulai kegiatan, kesehatan hingga kecantikan calon manten akan dijaga sehingga saat hari pernikahan lancar.
Biasanya akan dilakukan banyak perawatan fisik dan ada program diet agar tubuh ideal. Calon mempelai perempuan akan minum jamu godok dan jamu air akar secang. Diharapkan dengan adanya masa dipiare, mempelai perempuan akan lebih siap, cantik, sehat dan bahagia.
Dulu masa piare ini ada istilah pingitan di mana calon mempelai perempuan tidak boleh keluar rumah. Namun sekarang karena sudah banyak wanita pekerja hal itu pasti susah dilakukan, jadi biasanya masa dipiare ini dilakukan 2-3 hari sebelum hari pernikahan.